KEDIRI - Pasca Bernadette Caroline Angelica (21), mahasiswi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, ditemukan tidak bernyawa di dalam mobil yang terparkir di halaman apartemen Royal Bisnis Tambak Oso Sidoarjo, Jawa Timur pada Minggu (5/11/2023)
Suasana duka menyelimuti keluarga Bernadette Caroline Angelica Harianto atas meninggalnya sang mahasiswi Universitas Airlangga (Unair) itu.
Hal itu terlihat dari lokasi persemayaman di Perkumpulan Rukun Sinoman Dana Pangrukti, Jalan Monginsidi No 32, Kelurahan Pakelan, Kecamatan Kota, Kota Kediri, Senin (6/11/2023
Ayah dari Almarhumah Bernadette angkat bicara terkait berita meninggalnya putrinya yang diisukan pembunuhan.
Ini penjelasan dari Gunawan Takari Mulya (72) warga Jamsaran Kota Kediri saat di konfirmasi awak media menyampaikan, sebetulnya perlu saya jernihkan dan luruskan terkait pemberitaan pertama oknum pers Sidoarjo mengatakan seolah-olah anak saya meninggal karena pembunuhan.
Ditegaskan Gunawan selaku orang tua bahwa berita itu tidak betul. Karena, dia meninggalkan dua carik kertas surat yang isinya setengahnya pamit dan mohon maaf.
Baca juga:
Cuan Jutaan dari Ternak Ayam Brahma
|
Dan, tulisan itu sudah kita kroscek memang betul-betul tulisannya Bernadette, karena pihak Kepolisian juga sudah ngecek tulisannya sama persis, "kata Gunawan.
Selama masih hidup perangai anak ini pendiam, tertutup dan tidak ada masalah apa-apa. Lanjut Gunawan, mungkin dia terlalu capek kerjanya khan Surabaya-Kediri. Kadang-kadang membantu ibunya di toko. Kadang kembali dia harus co-ass atau co-assistant di Universitas Airlangga.
Baca juga:
Lulusan S2 UGM Sukses Bangun Kampung Ternak
|
"Capek kadang-kadang kasihan, pernah dia berangkat ke Surabaya dengan posisi infeksi tenggorokan, sampai suaranya habis ya tetep berangkat karena dia waktunya kuliah, " tutur Gunawan.
Dia sosok tipikal pekerja keras. Hal itu dibenarkan Gunawan, kalau dilihat dari anaknya tenang sabar. "Kita nggak nyangka kalau dia itu seorang pekerja keras, " ujarnya.
Baca juga:
Kerja Nggak Harus Ngantor
|
Ditanya apa pernah menyampaikan ke keluarga mengeluhkan terkait masalahnya. Gunawan menjelaskan, tidak ada, justru itu saya merasa kaget dan kehilangan. Dia dengan saya khan juga dekat.
"Juga tidak pernah merasa hidupnya terbebani. Selama ini tidur salah satu apartemen di Surabaya. Terkahir hari Selasa minggu lalu. Dia sempat libur kampus seminggu pulang Kediri. Dia juga sudah lulus dan diwisuda, tapi dia harus ambil co-ass sehingga boleh praktek penuh sebagai dokter hewan, " jelasnya.
Ia juga menuturkan, saya itu ayah walaupun ayah sambung, tapi dia itu seperti anak biologis saya, makanya sampai berat bagi saya.
Sempat saya pernah menyarankan ke dia untuk break ambil co-ass, kira-kira 2 tahun, terus nanti setelah 2 tahun bisa co-ass lagi. Tapi belakangan ini tiba-tiba diambil co-ass nya.
Dia sempat dua minggu yang lalu ngomong ke saya. "Suk aku rodok gelo ambil co-ass itu, terlalu ambil keputusan terburu-buru. Sebetulnya enak nurut susuk, dua tahun lagi bisa bantu ibu di toko, " katanya.
Saya bilang ke dia, ndak usah menyesali sudah berjalan, kamu jalani saja nanti 1, 5 tahun kamu jalani tidak terasa. Istri saya dengan almarhumah sama-sama lemah lembut dan dia tiga saudara sangat sangat tidak ada masalah keluarga.
Pada waktu sebelum kejadiannya, istri saya WA ke Bernadette gak dibalas sampai jam 10 malam, istri ngomong masih centang satu. Ada salah satu teman ngomong biasa kalau co-ass kecapekan biasanya tidur di kampus. "Saya tanya ibunya. Betul itu, ya tidur ke kampus, "terang Gunawan.
Tapi, anehnya saya tidak bisa tidur sampai jam 7 pagi. Habis itu adek perempuan datang ke rumah saya mengabari terkait kejadian itu.
Gunawan berpesan, saya mohon agar masyarakat itu menilainya positif saja, jangan diisukan ini pembunuhan. Kelihatannya sukarela atas permintaan dia sendiri, ada tulisannya ada dan bukti-buktinya ada, " pesan Gunawan yang sebentar lagi mau gladi resik di pemakaman klotok mau lihat liang lahat.